35.2 C
Jakarta
Minggu, 8 September 2024

Cerita Para Istri Melawan Terorisme

Mantan teroris bom Bali 1, Joko Triharmanto alias Jack Harun membeberkan jika dirinya bertaubat setelah mendengar tangisan istrinya menjadi cerita tersendiri dalam melakukan proses deradikalisasi. Serta cerita menjadi bagian dari disengangment. Bahkan, proses disengangment telah dimulai ketika suami menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan, yaitu dengan cara melakukan kunjungan rutin ke lembaga pemasyarakatan.

Selain itu istri juga berusaha untuk tidak bergantung secara ekonomi kepada suami, hal ini secara tidak langsung dapat menjauhkan suami dari kelompok yang diikutinya. Fenomenologi ini menunjukkan bahwa istri memiliki peran dalam menderadikalisasi para suami untuk tidak lagi terlibat dalam aksi terorisme.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah, Kunjungan rutin tersebut dimanfaatkan untuk menyampaikan keluh kesah kepada suaminya bahwa keterlibatan suami dalam kelompok teroris membawa imbas pada dirinya dan anak-anaknya. Hal tersebut pun diungkap oleh salah satu narasumber di WGWC Talk 5 dengan tema ”I Love You, Leave It” : Kisah Para Istri Mendorong Disengangment”.

Salah satu narasumber bernama Ummi menceritakan ada banyak hal yang dipikirkan, apalagi dirinya mengetahui suaminya hilang dan ternyata ditahan oleh Densus 88. ”Saya memikirkan untuk tidak lagi berhubungan dengan kelompok teroris sejak saya menyadari suami saya hilang, tidak pulang-pulang dan ternyata ditangkap oleh Densus 88, karena keterlibatannya dalam kelompok pengajian yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa kita,” ungkapnya.

Diakui olehnya, dirinya sangat terpukul ketika mengetahui kondisi suaminya yang dibawa oleh Densus 88. Selain dirinya, pihak keluarga pun turut terpukul oleh berita tersebut. Terutama anak-anak menjadi terluka fisik dan psikisnya. Dirinya pun menceritakan apa yang dia dan anak-anaknya rasakan selama suaminya di dalam penjara.

”Saya mengungkapkan ke suami, Alhamdulillah, suami mendengarkan apa yang saya katakan dan berjanji pada saya untuk tidak akan mengulanginya lagi,” terangnya.

Diakui olehnya, hal tersebut membawa suaminya menyadari kesalahan yang dilakukannya. Bahkan apa yang diperbuat oleh suami berdampak fatal bagi karirnya dan keluarganya. Pekerjaannya hilang dan keluarganya terluka. Dia menjelaskan motivasi paling besar yang mendorong untuk memotong rantai jaringan ekstrimis, tidak mau terlibat dengan kesalahan yang sama.

”Cukup suami dan keluarga kecil saya yang merasakan kepahitan ini. Dan memberikan peringatan kepada suami dan anak-anak serta keluarga besar saya agar tidak asal mau aja jika ada yang mengajak bergabung dengan dalih pengajian,” ucapnya.

Selama di dalam penjara, dirinya mulai bercerita dengan kondisi anak-anak mereka. Setelah itu, dirinya memberikan saran dengan argumen yang jelas da dapat dipahami oleh suaminya. ”Yang paling membuat suami mendengarkan saya untuk tidak lagi berhubungan dengan kelompoknya adalah curahan hati saya,” ungkapnya.

Diakui olehnya, betapa sangat menderita selama beberapa tahun ini karena dirinya harus berjuang demi kelima orang anaknya. ”Saya yang awalnya tinggal di Depok harus pindah ke Jakarta karena saya harus ambil peran menghidupi anak-anak dan menjadi tulang punggung keluarga,” pungkasnya.

TERBARU

Konten Terkait