Banyak-nya perbedaan pendapat menyebabkan munculnya produk-produk pemahaman atau ijtihad yang tidak jarang bertolak belakang antara pemahaman satu dengan yang lainnya. Sehingga menimbulkan kerancuan dan kebingungan pada masyarakat. “Mereka seperti empat pohon yang berbeda jenis, masing-masing dari mereka akan menghasilkan buah yang berbeda pula. Termasuk munculnya perbedaan pendapat serta kesalahpahaman pendapat yang terjadi karena tidak diketahui dasar-dasarnya serta tidak memiliki metode yang mapan.” Seru Zaki Najib Mahmud dalam Mujtama’ Jadid Auw al-Karistah.
Ada kesalahan pendapat yang memahami bahwa teror itu sebagian dari jihad sehingga menimbulkan banyaknya spekulasi bahwa untuk berjihad orang dapat melakukan bom bunuh diri. Ini adalah salah-satu alasan yang paling sering ditemui ketika pelaku diwawancarai. Jihad dan teror adalah dua hal yang saling bertolak belakang dalam hakikat, pengertian, tujuan dan buahnya, serta dalam pandangan agama, seru Quraish shihab dalam bab jihad pada seri bukunya yang berjudul Islam yang saya pahami.
Teror sering kali melangkah dengan membawa bom bunuh diri, bahkan menggunakan anak-anak di bawah umur untuk berada dilingkungan sasaran untuk membawa bom sehingga mengorbankan anak dan sasarannya, kendati anak dan sasarannya tidak berdosa. Teror adalah penghancuran terhadap sendi kehidupan, harta benda dan kehormatan manusia. Teror tidak jarang merobohkan tempat peribadatan atau mereka yang sedang beribadah didalam-Nya. Seperti bom bunuh diri yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2021 lalu di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Atau tragedi Mako Brimob pada 8 Mei 2018 lalu.
Beda lagi dengan jihad menggunakan senjata, jihad menggunakan senjata ini bertujuan membela yang teraniaya, kebenaran dan keadilan dengan cara-cara yang berperikemanusiaan. Jihad juga membela agama dan tempat-tempat suci, termasuk tempat yang disucikan oleh penganut agama selain Islam. Bahkan dalam QS. Al-Hajj ayat 40 Allah mengizinkan untuk berperang demi menghindarkan keruntuhan tempat-tempat ibadah umat beragama.
Dalam jihad dengan senjata diupayakan terlebih dahulu agar tujuan dicapai tanpa mengorbankan harta apalagi jiwa. Yang melakukan bom bunuh diri itu benar-benar tidak menyadari makna dan tujuan jihad yang diajarkan Islam. Karena dalam berjihad musuh harus benar-benar jelas, sedangkan dengan meledakkan diri di tempat umum di mana terdapat sekian banyak orang yang tidak salah gugur dengan mengenaskan, atau bahkan tidak ada musuh sama sekali.
Kemudian dalam jihad juga harus diupayakan sedapat mungkin menghindari pembunuhan, bahkan perusakan walau dalam bentuk penebangan pohon. Dari sekian banyak pelaku bom bunuh diri yang korbannya adalah orang-orang yang tidak bersalah, bahkan anak-anak atau orang-orang yang sedang mendekatkan diri kepada tuhan di masjid-masjid dan juga gereja-gereja. Yang justru bertolak belakang dengan ajaran jihad Islam dalam QS. Al-Hajj ayat 40.
Jihad sendiri sebenarnya bukan hanya melawan musuh yang berupa manusia saja. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa kini, peperangan sudah jarang kita temui atau berganti dengan perang pada aspek selain fisik. Contohnya seperti pada era digital ini perang yang kita lakukan adalah biasanya dengan perang melawan berita-berita hoax atau dengan berita yang memprovokasi banyak orang dengan kebencian antarsesama atau antarumat. Yang seharusnya kita lakukan adalah menjadi cerdas dengan menampilkan berita yang faktual dan sungguhan agar yang dengan membacanya, orang menjadi senang, merasa damai, menambah ikatan persaudaraan dan melahirkan gagasan-tindakan dalam kebaikan. Inilah jihad media.