Legowo, Sebuah Karya Tentang Menerima

Penulis : Tia Brizantiana

Solo Bersimfoni bekerja sama dengan Teater Brastomolo membuat karya film pendek yang berjudul “Legowo”. Karya ini ditayangkan pada acara Jateng Edu Fest yang diselenggarakan oleh Wahid Foundation pada Rabu, 21 April 2021. Berlangsung secara online, Jateng Edu Fest dihadiri oleh Nadiem Makariem, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah serta Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation.

Legowo, Sebuah Karya Tentang Menerima

Sekolah Adipangastuti tak hanya hadir sebagai undangan, tetapi juga diberi kesempatan untuk melakukan pertunjukan dan diwakilkan oleh SMAN 1 Gemolong dengan pemutaran film pendek. Karya ini disutradarai oleh Alif Aji Ramadhana yang merupakan Ketua Teater Brastomolo sekaligus penulis naskah.

“Skenario kami kerjakan bersama, tetapi memang saya yang banyak memberikan masukan dan gambaran tentang bagaimana film ini ingin disampaikan kepada penonton,” kata Alif.

Film Legowo bercerita tentang bagaimana stigma menempel pada seorang anak karena sikapnya bermasalah di sekolah. Yang tidak dipahami banyak orang, bahwa anak tersebut mempunyai latar belakang yang cukup sulit untuk ukuran seusianya.

“Film ini ingin menyampaikan jangan menilai seseorang dari penampilannya saja,” lanjut Alif.
Ada dua tokoh pemain yang menonjol dalam film ini, yaitu Subhi (diperankan oleh Dzaky Subhi) dan Bu Yuli (diperankan oleh Grissa Yulianingrum). Keduanya sudah terbiasa melakukan pentas teater, bahkan Dzaky sudah pernah bermain dalam film pendek sebelumnya. Meskipun waktu cukup singkat, reading naskah tetap dilakukan untuk menghayati peran antar pemain. Dzaky bercerita jika pembacaan naskah dilakukan selama empat hari, cukup singkat jika dibandingkan persiapan pentas teater. Grissa pun mengatakan bahwa bermain film adalah salah satu cita-citanya.

“Senang sekali akhirnya bisa tercapai karena Solo Bersimfoni,” ucapnya.

Teater Brastomolo adalah salah satu ekstra kurikuler (ekskul) di SMAN 1 Gemolong Sragen yang sudah banyak mengeluarkan karya, baik internal sekolah sampai nasional. Ekskul yang sudah terbentuk sejak tahun 2001 ini bahkan sudah beberapa kali mendapatkan juara. Pada Maret 2020, mereka memperoleh dua penghargaan sekaligus, yaitu juara pertama monolog tingkat SMA se-Indonesia dalam ARTEFAC UNS dan juara kedua monolog dalam Lomba FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) se-Jawa Tengah. Sebelumnya, pada Februari 2020 mereka mendapatkan tiga kemenangan sekaligus yaitu juara kedua, artis terbaik dan penata artistik terbaik dalam FDRR (Festival Drama Realis Remaja) se-Soloraya di UNISRI.

Beranggotakan kurang lebih 65 siswa dari SMAN 1 Gemolong, Teater Brastomolo tak hanya menjadi ekskul sekolah tetapi juga sebagai proses belajar berorganisasi bagi anggotanya. Brastomolo berasal dari dua kata yaitu brasto (melawan) dan molo (keburukan) yang berarti melawan keburukan atau hal yang negatif. Dalam hal ini membersihkan diri melalui budaya. Semua anggotanya belajar, berproses dan berkarya lewat budaya.

“Anggota teater belajar mulai dari satu fase ke fase lain, semua berproses dan pasti ada manfaat dari tiap prosesnya” kata Ismail, Wakil Ketua II Teater Brastomolo.

Sejak pandemi, kegiatan dari teater menjadi sangat terbatas, tidak ada pentas produksi yang dipertunjukkan secara langsung. Kegiatan ini diganti dengan pembuatan video teater yang diunggah di akun YouTube Teater Brastomolo. Selain itu, pelantikan dan serah terima jabatan pengurus tahun 2020/2021 pun harus dilakukan secara luring terbatas dan daring. Sebelumnya, kegiatan ini menjadi ajang temu kangen antara alumni dan anggota.

“Kita harus mencari pengalaman bukan pengalaman yang mencari kita, contohnya kerja sama dengan Solo Bersimfoni ini,” lanjut Ismail.

Lomba yang biasanya diikuti pun hampir semua tidak dilaksanakan sampai catur wulan pertama tahun 2021 ini, sehingga pengurus berencana melakukan kegiatan untuk anggota baru pada pertengahan tahun 2021.

“Kegiatan ini dilakukan agar anggota yang belum pernah mengikuti lomba dapat terlatih fisik dan mentalnya untuk keberlanjutan organisasi Teater Brastomolo,” ujar Raffi, Wakil Ketua I Teater Brastomolo.

Apalagi, lanjut dia, anggota baru biasanya melatih mental dan fisik melalui berbagai lomba dan juga diklat yang mana mereka menampilkan pentas produksi. “Biasanya dalam pentas pada diklat akan dipilih aktris dan aktor terbaik, tetapi untuk tahun ini tidak ada,” lanjut Raffi.

Salah satu alasan anggota ingin menjadi bagian dari Teater Brastomolo adalah supaya bisa mengikuti pentas produksi, bisa mendapatkan pengalaman di masa remaja dan juga belajar berorganisasi. “Dalam teater itu nggak ada yang nggak bisa, tetapi belum bisa,” kata Ismail.

Pembuatan Film Legowo merupakan program keberlanjutan Sekolah Adipangastuti. Meskipun program di sekolah sudah selesai per Desember 2020, hubungan baik antara Solo Bersimfoni dan SMAN 1 Gemolong melalui Teater Brastomolo tetap terjalin dengan baik di dalam dan di luar sekolah.

“Senang sekali dengan adanya Sekolah Adipangastuti bisa bikin film Legowo,” ujar Subhi.

Harapannya, akan ada lagi kolaborasi dan kerja sama antara SMAN 1 Gemolong, baik melalui Teater Brastomolo maupun ekskul lainnya sebagai salah satu cara mengapresiasi karya anak muda.

“Stigma. Sebuah penghakiman kepada seseorang tanpa pembelaan diri. Apakah kita semua akan semudah itu melekatkan stigma negatif kepada seseorang hanya karena dia berbeda dengan kebanyakan orang? Apakah menilai seseorang dari luarnya adalah suatu hal yang bisa diwajarkan? Memberikan stigma sama dengan memberikan hukuman tanpa banding.” Legowo – 2021

#SalamBudaya
#SalamToleransi
#MariKitaBersimfoni

Link asal :

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang WGWC

Working Group on Women and Preventing/ Countering Violent Extremism (WGWC) merupakan sebuah platform jaringan bagi masyarakat sipil dan pemerintah yang bekerja untuk memperkuat pengarus-utamaan gender (gender maintreaming) dalam policy maupun intervensi penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme (terorisme) di Indonesia. Dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2017 di Bogor, WGWC telah menjadi rumah bersama bagi para aktor yang bekerja dalam pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.

Newsletter

Scroll to Top