26.1 C
Jakarta
Rabu, 16 Oktober 2024

3 Hal Ini Dilakukan Oleh BNPT dalam Deradikalisasi

Dalam melakukan proses deradikalisasi napiter, salah satu lembaga pemerintahan yang konsern adalah BNPT. Selama ini, proses deradikalisasi berpatokan kepada Undang-undag No. 5 tahun 2018. Bahkan, dalam proses deradikalisasi para napiter didampingi keberadaan mereka agar tidak menerima stigma negatif dari masyarakat dan diasingkan. Menurut Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris, pemberdayaan dengan melibatkan kementerian terkait seperti Kementerian Koperasi, kementerian Sosial untuk melakukan pelatihan-pelatihan agar mereka sibuk dan tidak kembali ke jaringan.

”Ada pendekatan khusus yang dilakukan kepada para napiter, yaitu: 3H. pertama adalah Hati: bahasa perempuan, atau bahasa kalbu ini sangat dahsyat pengaruhnya. Peran perempuan sangat besar dalam melakukannya, karna perempuan bisa menjadi objek dan subjek,” terangnya, belum lama ini.

Kedua adalah Hand, ditambahkan olehnya, pekerjaan. Pekerjaan diartikan sebagai agar para napiter bisa sibuk. Salah satu napiter yang berada di lapas Malang dilatih membuat kue dan sekarang sudah kembali ke Poso dan kita tetap lanjutkan pembinaan. Di Deradikalisasi ada Subdit yang menangani khusus napiter dengan program identifikasi, rehabilitasi, reintegrasi.

Di luar lapas ada lagi yang menangani identifikasi kebangsaan dan ekagamaan yang menyebar di seluruh Indoensia. Tidak cukup pemerintah, tidak cukup BNPT, seluruh komponen bangsa harus bersatu padu karena teroris itu adalah kejahatan kemanusiaan, kejahatan lintas negara, satu cita-cita mereka yaitu merobah negara bangsa menjadi negara agama yang tidak punya dasar.

”Tidak perlu khilafah-khilafah, Indonesia sudah berbentuk khilafah, yaitu republik. Seperti yang ada di LPP Bandung, kita mengajak psikolog perempuan untuk menyentuh dengan pendekatan kekeluargaan, kepada anaknya yang masih kecil yang tidak bersama dia dan itu menjadi turning point dia untuk menerima syarat-syarat kembali kepada NKRI,” terangnya.

Dia juga menegaskan, jika bahasa-bahsa begini dimiliki penyuluh-penyuluh keagamaan. Saat ini secara kuantitas aksi teroris menurun, tapi secara kualitas itu bertambah karena melibatkan anak-anak dan perempaun. Perempuan dimanfaatkan oleh teroris global untuk mendorong magnet emosional seorang perempuan yang sangat kuat untuk mengajak atau diajak. Secara objektif, perempuan emnajdi objek karena doktrin mereka dimaknai bahwa perempuan harus tunduk dan patuh pada suami secara total. Tetapi ternyata, lebih kuat kalau perempuan yang menjadi pengaruh, secara kualitas bisa bertambah.

”Untuk ketiga adalah Head: yaitu narasi. Nah ini yang bertahap, karena tidak bisa langsung masuk pada pemikiran apalagi emreka tidak punya dasar. Semangatnya tinggi tapi pemahamannya dangkal. Oleh karena itu pembinaan, pendampingan dan pemberdayaan ini harus berkelanjutan,” katanya.

Diakui olehnya, saat ini terdapat 1020 mantan napiter di luar Lapas, dari kalangan perempuan sedikit jumlahnya tetapi pengaruhnya sangat besar. Kemudian di dalam Lapas 800an, 400an napiter dan 400an masih diproses hukum. Kemudian, 1 kasus di Lapas Banjar ada seorang suami yang sudah mulai berubah, tetapi istrinya setlah dibebaskan masih kuat doktrinnya sehingga suaminya jadi keras lagi karna pengaruh istrinya.

Sehingga, BNPT terbuka lebar untuk menerima pegiat di setiap Lapas. Terorisme ini bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir. Teroris pasti radikal, tapi tidak semua radikal treoris. Faktor yang memperngaruhi multi dimensi bisa faktor ekonomi, rasa kecewa, dendam, karena merasa termarjinalkan, pencarian jati diri dan lain-lain.

”Kita mendampingi sebagai guru dan orang tua bagi generasi milenial yang sudah mudah mendapatkan informasi di dunia maya. Karena sebelum-sebelumnya, teroris memanfaatkan internet untuk rekrutmen. Kita harus bisa membuat narasi alternatif, moderatif, edukatif untuk disebarkan,” tegasnya.

Diakui olehnya, paham radikal sebagai musuh kemanusian. Kemudian ada kontra radikalisasi, apapun dan di manapun setiap orang bertugas, perbanyak tulisan, menulis tentang narasi inklusif, ajaran rahmatan lil alamin. Kemudian kontra narasi, konta propaganda, dan kontra ideologi. Kemudian deradikalisasi, yang ditujukan pada napiter tersangka, terdakwa, terpidana, narapidana, mantan narapidana, orang dan kelompok orang terpapar.

”Ini yang tidak bisa kita ukur, orang dan kelompok orang terpapar, tiba-tiba aja dikafirkan orang, tiba-tiba bid’ah-bid’ah. Justru dalam bulan Ramadhan, surga merindukan orang berpuasa, ngaji al-Qur’an, jaga lidah dan memberi makan orang yang lapar,” pungkasnya.

TERBARU

Konten Terkait