Beberapa kejadian sempat dirasakan oleh Sri Endah, penyuluh agama. Salah satunya, para napiter meyakini jihad, tetapi hanya pikiran itu saja yang mereka pahami. Namun, hal-hal seperti itu bisa dilalui oleh penyuluh perempuan. Dirinya berarap jika para penyuluh perempuan lain yang dilibatkan.
”Perempuan bisa dengan mudah masuk dalam menggali pemikiran mereka, dan ini terbukti saat bertemu napiter yang sama, ternyata ketika berbicara dengan saya dia berani menyampaikan segala sesuatu yang selama ini tidak dia sampaikan. Mungkin pertimbangannya ketika berhadapan dengan Penyuluh laki-laki, dia takut duluan,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Penyuluh Agama Kabupaten Lumajang, Sri Wanti, mengatakan jika yang dia tangani berbeda. Yakni, masih kategori remaja, yang usianya 22 tahun berasal dari Kalimantan. Pada 2019 di awal melaksanakan tugas, dirinya merasa lebih mudah untuk masuk.

”Pertama, saya sendiri melalui bahasa ibu menuntun dia supaya dia bisa berbicara dengan saya. Jika di bina oleh penyuluh laki-laki justru sering debat kusir. Dengan menggunakan bahasa ibu, saya jadi bisa memahami bagaimana anak ini membutuhkan ibunya. Sampai saat ini setiap saya tidak hadir disana, anak ini merasa kehilangan,” terangnya, belum lama ini.
Napiter remaj, diakui olehnya, membutuhkan ibu atau bapak pengganti. Jangan dibiarkan begitu saja, kalau dibiarkan tidak akan bisa berbaur. Hal yang dia lakukan berpengaruh pada dia setelahnya, dia bisa keluar, ngobrol dengan napi lain dan mulai ikut sholat jumat. Kedua, sistem pendekatan sangat penting.
Pada suatu hari, dia sempat bercerita jika merasa rindu sama ibunya. Melihat seperti itu, dirinya yakin anak ini masih punya hati untuk kembali ke jalan NKRI. Cuma membutuhkan waktu saja, tidak semudah membalikkan telapak tangan karena dia sudah diidoktrin. Sempat kemarin berbicara dengan keluarganya di Kalimantan, dia cuma tinggal dalam tahanan 2 tahun.
”Saya katakan ke dia, kamu ingin cepat bebas atau seperti apa maunya? Keluarganya juga bingung mencari dimana anaknya berada, dan tau-taunya ada di MAKO BRIMOB. Bapaknya pesen jangan dikeluarkan kalau dia belum betul-betul cinta NKRI dan hormat bendera,” katanya,
Penanganan napiter bagi remaja sangat-sangat dibutuhkan dari penyuluh perempuan. Karena mereka butuh sosok ibu yang selalu mengingatkan dia pada sosok ibunya dan bahasa ibunya. Untuk pendampingan yang dia lakukan berbeda dengan narasumber sebelumnya. Alasan anak yang dia damping masuk ke dalam kelompok ekstremisme karena tidak ada perhatian, kasih sayang, dan sebagainya.
”Anak ini sebenarnya mudah sekali untuk bicara. Tidak ada kecurigaan, dia ramah dan menjawab dengan baik. Dia ini simpatisan dan sempat mau berangkat ke Suriah,” pungkasnya.