35.2 C
Jakarta
Minggu, 8 September 2024

Pertobatan Pelaku Bom, Sumbangsih Perdamaian Bagi Indonesia

Beberapa waktu lalu, mantan pelaku teroris, Ali Fauzi Manzi mengatakan Tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu, dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan. Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik. Hal tersebut dia ungkap dalam a acara pengajian daring yang digelar AIDA bersama Pimpinan Wilayah Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWA DIY) beberapa bulan lalu. Selain itu, dia juga berbagi kisah lika-liku kehidupannya pernah bergabung dengan kelompok ekstrem sampai perjalanan pertobatannya.

Kisah pertobatan Ali berkesan bagi para peserta. Umi Hidayati, salah satu peserta, menilai pertobatan Ali dapat memberi sumbangsih bagi perdamaian di Indonesia. Ia berharap pertobatan itu tidak hanya berdampak positif bagi diri sendiri dan keluarga, melainkan juga dapat membawa teman-temannya hijrah dari dunia kekerasan ke jalan perdamaian.

“Saya harap Bapak bisa merekrut teroris lain untuk bergabung dan berubah menjadi lebih baik. Semoga Pak Ali diampuni dosa-dosa masa lalunya dan ke depan menjadi manusia yang bermanfaat,” ujar aktivis Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA) PWA DIY itu.
Seorang peserta lain, Kasmiyati, mengaku takjub dengan keberanian Ali meninggalkan kelompok esktrem. Dalam pandangannya, semua jalan hidup yang dikisahkannya tak lepas dari kehendak Allah Swt.

“Subhanallah. Jika Allah telah berkenan memberikan hidayah, maka tak satu pun yang mampu menghalangi. Masya Allah. Allahu Akbar. Terus terang saya merasa sesak ketika mendengar Pak Ali bercerita,” tuturnya.

Ali mengaku, salah satu musabab keinsafannya adalah setelah melihat penderitaan para korban yang harus kehilangan anggota tubuhnya, bahkan sebagian harus ditinggal oleh orang-orang tercinta.

Mendengar penuturan Ali, salah seorang peserta, Jamilatus Saudah, mengaku mendapatkan pembelajaran lain dari sisi pelaku terorisme. Pembelajaran dalam ajaran Islam sebenarnya tidak hanya selalu bertaut dengan teks semata, tetapi bisa juga muncul dari kisah hidup orang lain, termasuk orang yang pernah berbuat buruk.

Peserta lain, Retno Endah Sawitri mengajak aktivis Aisyiyah untuk mengambil pembelajaran dari peristiwa kekerasan yang diceritakan langsung oleh mantan pelakunya.

“Ibroh yang hendak dicapai dari acara ini adalah mengajak kita bagaimana mengadvokasi agar masyarakat terhindarkan dari rekrutan terorisme, melalui pengetahuan yang di-share para narsum (narasumber:red),” tutur perwakilan Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Daerah Aisyiyah Sleman itu.

Sementara Marhaeni Puji Astuti mengaku akan menerapkan pembelajaran yang ia peroleh kepada keluarga dan khalayak. “Dari kisah ini, kita dapat bercerita kembali pada keluarga dan warga Aisyiyah, agar anak dan keluarga kita tidak gampang terekrut terorisme. Dan tentunya lebih berhati-hati dengan siapa kita berteman,” katanya

Link : https://www.aida.or.id/2021/01/8195/pertobatan-teroris-di-mata-aktivis-aisyiyah

TERBARU

Konten Terkait