Pelajar MAN 2 Klaten dengan Penyintas Bom

Aliansi Indonesia Damai– Beberapa waktu lalu, AIDA melaksanakan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Klaten. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Susi Afitriyani, korban Bom Kampung Melayu 2017. Pipit, sapaan akrab Susi Afitriyani, berbagi pengalaman hidupnya dan berdialog langsung dengan para peserta.

Salah seorang peserta bertanya kepada Pipit tentang motivasi kebangkitannya pascamusibah serangan bom. Akibat peristiwa itu, bahu kanan Pipit tidak bisa berfungsi optimal lagi. Perempuan asli Brebes itu mengakui bahwa kejadian bom sempat membuatnya merasa minder untuk keluar rumah dan bersosialisasi. Namun suatu waktu temannya datang dan mengajaknya keluar mencari udara segar.

Pelajar MAN 2 Klaten dengan Penyintas Bom

Ternyata Pipit diajak menyaksikan aktivitas komunitas difabel di Brebes. Saat itulah ia merasa bahwa banyak orang yang lebih kurang beruntung darinya. Ia bersyukur kondisi fisiknya masih tampak utuh. “Dari situ saya berpikir bahwa saya juga bisa (semangat: red) seperti mereka. Terlebih kondisi saya masih utuh, hanya berkurang saja sedikit fungsinya,” ujar Pipit.

Peserta lainnya asal kelas XII bertanya mengenai ibroh atau pembelajaran yang didapatkan Pipit dari kejadian nahas itu. Menurut Pipit, musibah tersebut membuatnya lebih bisa menerima kenyataan. Menerima artinya berdamai dengan diri sehingga mampu tetap bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk hidup.

Baginya kesempatan tersebut merupakan jalan agar dirinya bisa bermanfaat kepada banyak orang. “Saya bersyukur Allah masih memberi kesempatan untuk menikmati hidup, berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi, dan bermanfaat untuk orang-orang disekitar saya,” katanya.
Semangat Pipit untuk bangkit dari keterpurukan menjadi pembelajaran peserta. Salah seorang siswa mengungkapkan bahwa poin penting dari semangat pantang menyerah Pipit adalah pemaafan. “Lebih mudah memaafkan, tidak patah semangat, dan tegar dalam menjalani hidup, seberat apa pun masalahnya,” ujar pelajar kelas XI tersebut.
Link : https://www.aida.or.id/2020/12/7940/dialog-pelajar-man-2-klaten-dengan-penyintas-bom

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang WGWC

Working Group on Women and Preventing/ Countering Violent Extremism (WGWC) merupakan sebuah platform jaringan bagi masyarakat sipil dan pemerintah yang bekerja untuk memperkuat pengarus-utamaan gender (gender maintreaming) dalam policy maupun intervensi penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme (terorisme) di Indonesia. Dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2017 di Bogor, WGWC telah menjadi rumah bersama bagi para aktor yang bekerja dalam pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.

Newsletter

Scroll to Top