Depok- Memasuki tahun ketiga program Sekolah Damai, Wahid Foundation terus memperkuat jaringan sekolah di empat provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Empat provinsi inilah yang menjadi titik fokus utama Wahid Foundation dalam menjalankan program Sekolah Damai.
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk terus memperkuat jaringan sekolah baik yang sudah maupun belum merealisasikan program sekolah damai ini, salah satunya dengan menggelar Muslim Leader Exploration and Development 2020 (MLEAD 2020) yang dilaksanakan di Wisma Hijau, Depok 29 Januari- 2 februari 2020 kemarin.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi, menekankan perlunya keterlibatan semua pihak dalam menyebarkan perdamaian di manapun, termasuk di sekolah. Kemudian, ia juga mengatakan bahwa program Sekolah Damai yang diinisiasi WF ini terinspirasi dari perkataannya Gus Dur yang menafsirkan ayat “udkhulu fi as-Silmi Kaffah” sangat dalam.
“Udkhuluu fi as-Silmi kaffah maksudnya bukan hanya masuk Islam secara menyeluruh saja, akan tetapi terlibat aktif menciptakan perdamaian antar sesama umat manusia.” Ucapnya dalam pembukaan MLEAD 2020.
Sementara itu, Sekretaris Umum AGPAII (Asosiasi Guru Agama Islam se-Indonesia) Ahmad Budiman sangat mendukung MLEAD 2020 dan program Sekolah Damai. Sebab, jika terbiasa menyebarkan perdamaian di sekolah, warga sekolah yang terdiri dari siswa dan para guru akan terbiasa pula menyebarkan perdamaian di tengah masyarakat.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama 4 hari tersebut, Wahid Foundation mengundang 40 guru yang terdiri dari guru mata pelajaran agama dan kepala sekolah, dan juga 40 siswa-siswi aktivis Rohis (Rohani Islam) dari sejumlah sekolah dari 4 provinsi yang sudah merealisasikan program ini. Mereka diberi materi untuk terus membangun budaya damai di lingkungan sekolahnya masing-masing dalam 2 workshop yang berbeda.
Para siswa dan siswi diajarkan banyak materi yang sangat menarik seperti cara menyikapi hoax keagamaan yang disampaikan perwakilan MAFINDO (Masyakarakat Anti fitnah Indonesia). Mereka juga diberitahu beberapa media penyalur utama hoax yang mudah dipercaya oleh banyak orang, seperti whatsup, Instagram, facebook, dan website. Dari situlah, kemudian para siswa diberitahu caranya mendeteksi hoax secara dini untuk mengklarifikasi langsung apakah termasuk hoax atau bukan.
Di lain ruangan, para guru mengikuti workshop ‘Indikator Sekolah Damai’. Mereka juga diberikan materi yang beragam seperti moderasi beragama, Q&A Islam Damai, Praktik Toleransi dalam Dunia Pendidikan dan Psikologi perkembangan remaja. Materi-materi tersebut diberikan dengan harapan bahwa para guru agama dan kepala sekolah bisa mempunyai gambaran dalam mengembangkan budaya damai di sekolahnya.
Sejumlah guru dan siswa terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan MLEAD 2020 ini. beberapa di antaranya mengatakan bahwa kegiatan tersebut terlalu singkat dilaksanakan. Mereka beralasan bahwa banyak sekali materi yang sangat berguna bagi mereka dan perlu lagi ditambahkan lagi. “Kami belum mau pulang, kak. Acaranya sangat menarik.” Ucap salah satu delegasi siswa dari salah satu SMA di Bandung.
Program Sekolah Damai yang juga didukung oleh AGPAII (Asosiasi Guru Agama Islam se-Indonesia) ini, mendapatkan banyak sekali sambutan hangat dari banyak sekolah, utamanya di DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karenanya, dalam kegiatan MLEAD 2020 ini, beberapa guru agama mengungkapkan antusiasmenya. Mereka mengungkapkan bahwa program Sekolah Damai harus terus berlanjut. Sebab, program ini sangat selaras dengan kebijakan pemerintah terkait pendidikan. Salah satu guru yang berhasil kami wawancarai, yaitu Fajri samsu, mengatakan program sekolah damai sangat cocok dengan kebijakan Sekolah Aman dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
”Hanya saja saya sangat jarang mendengar Sekolah Aman itu. Maka dari itu, Sekolah Damai harus dilanjutkan karena cocok dan sejalan dengan kebijakan yang ada di Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama,” pungkasnya.