Semarang —SMAN 11 Semarang mengadakan kegiatan malam keakraban (Makrab) lintas iman. Agenda yang diadakan kali pertama tersebut diinisiasi oleh Rohis bekerja sama dengan FKPK (Forum Keluarga Pelajar Katholik) dan CSF (Christian Student Fellowship) SMAN 11 Semarang.
Bertajuk “Semangat Toleransi untuk Membangun Perdamaian dan Menjunjung Tinggi Kemanusiaan”, kegiatan Makrab berlangsung selama dua hari, 6-7 Desember, di Gedong Songo, Bandungan, Semarang.
Salah satu alasan diselenggarakannya kegiatan ini adalah membangun kedekatan para pengurus organisasi-organisasi sekolah, menyemai perdamaian di lingkungan sekolah dan saling belajar menghargai perbedaan. Sholeh, Guru PAI SMAN 11 Semarang membuka acara pada malam itu. Pembukaan dilangsungkan di Masjid Aulia’ Bandungan. Dengan suasana khidmat, dia menyampaikan apresiasi besar pada teman-teman Rohis atas ide besar menumbuhkan toleransi, menyemai perdamaian dan menyingkirkan prasangka dengan kegiatan Makrab ini.
“Ide yang demikian perlu banyak dikembangkan dan didukung dengan kebijakan yang selaras. Jarang sekali anak-anak didik kita yang ‘cair’ pergaulannya. Seringkali kita menjumpai mereka justru berteman berkelompok. Yang hobi sepak bola, se-agama, anak orang kaya, biasanya bergerombol berdasar golongannya. Setelah Makrab ini saya harap kalian sudah tidak lagi begitu. Lagi pula makin luas pergaulan makin banyak pelajaran hidup yang diserap,” terangnya.
Pada sesi selanjutnya, Takmir Masjid Baitul Auliya’, Nur Hadi bercerita jika baru pertama kali masjid Baitul Auliya’ dikunjungi oleh non-muslim. Meski baru pertama, dirinya tidak mempermasalahkan. Dia menjelaskan, membangun persaudaraan itu banyak caranya, mungkin salah satunya melalui kegiatan Makrab lintas iman begini.
”Masjid harusnya terbuka untuk siapa saja, yang terpenting tujuannya adalah untuk kebaikan,” terangnya dihadapan 45 peserta Makrab yang hadir.
Masjid Aulia’ merupakan destinasi tempat ibadah pertama yang dikunjungi dalam kegiatan Makrab ini. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke GKJ Bandungan. Pdt Matius Rusmiyanto menyambut rombongan. Dialog interaktif berlangsung cukup panjang karena ada cukup banyak peserta yang baru pertama kali kunjungan rumah ibadah, penasaran lebih tepatnya.
Beberapa pertanyaan bergulir bergantian, ada yang menanyakan sejarah kekristenan, kelompok keagamaan di dalam Kristen, sampai fungsi mimbar di dalam gereja (diatas dan dibawah) dan pernak-pernik hiasan di dalamnya. Usai kunjungan kedua, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan FGD tematik. Setelah FGD ini selesai, acara ditutup dengan refleksi kegiatan oleh para siswa – siswi peserta makrab didampingi oleh narasumber, fasilitator, dan pendamping sekolah damai dari WF.
Semarang — Untuk pertama kalinya SMAN 11 Semarang mengadakan kegiatan malam keakraban (Makrab) lintas iman. Diinisiasi oleh Rohis bekerja sama dengan FKPK (Forum Keluarga Pelajar Katholik) dan CSF (Christian Student Fellowship) SMAN 11 Semarang.
Bertajuk “Semangat Toleransi untuk Membangun Perdamaian dan Menjunjung Tinggi Kemanusiaan”, kegiatan Makrab berlangsung selama dua hari, 6-7 Desember, di Gedong Songo, Bandungan, Semarang.
Salah satu alasan diselenggarakannya kegiatan ini adalah membangun kedekatan para pengurus organisasi-organisasi sekolah, menyemai perdamaian di lingkungan sekolah dan saling belajar menghargai perbedaan.
Pak Sholeh, Guru PAI SMAN 11 Semarang membuka acara pada malam itu. Pembukaan dilangsungkan di Masjid Aulia’ Bandungan. Dengan suasana khidmat, Pak Sholeh menyampaikan apresiasi besar pada teman-teman Rohis atas ide besar menumbuhkan toleransi, menyemai perdamaian dan menyingkirkan prasangka dengan kegiatan Makrab ini.
“Ide yang demikian perlu banyak dikembangkan dan didukung dengan kebijakan yang selaras. Jarang sekali anak-anak didik kita yang ‘cair’ pergaulannya. Seringkali kita menjumpai mereka justru berteman berkelompok. Yang hobi sepak bola, se-agama, anak orang kaya, biasanya bergerombol berdasar golongannya. Setelah Makrab ini saya harap kalian sudah tidak lagi begitu. Lagi pula makin luas pergaulan makin banyak pelajaran hidup yang diserap,” terang Pak Sholeh.
Pada sesi selanjutnya, Takmir Masjid Baitul Auliya’, Nur Hadi bercerita jika baru pertama kali masjid Baitul Auliya’ dikunjungi oleh non-muslim. Meski baru pertama, dirinya tidak mempermasalahkan.
“Membangun persaudaraan itu banyak caranya, mungkin salah satunya melalui kegiatan Makrab lintas iman begini. Masjid harusnya terbuka untuk siapa saja, yang terpenting tujuannya adalah untuk kebaikan,” terangnya dihadapan 45 peserta Makrab yang hadir.
Masjid Aulia’ merupakan destinasi tempat ibadah pertama yang dikunjungi dalam kegiatan Makrab ini. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke GKJ Bandungan. Pdt Matius Rusmiyanto menyambut rombongan. Dialog interaktif berlangsung cukup panjang karena ada cukup banyak peserta yang baru pertama kali kunjungan rumah ibadah, penasaran lebih tepatnya.
Beberapa pertanyaan bergulir bergantian, ada yang menanyakan sejarah kekristenan, kelompok keagamaan di dalam Kristen, sampai fungsi mimbar di dalam gereja (diatas dan dibawah) dan pernak-pernik hiasan di dalamnya.
Usai kunjungan kedua, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan FGD tematik. Setelah FGD ini selesai, acara ditutup dengan refleksi kegiatan oleh para siswa – siswi peserta makrab didampingi oleh narasumber, fasilitator, dan pendamping sekolah damai dari WF. DRK/Maul