Indonesian Muslim Crisis Center (IMCC) bersama dengan Working Group on Women and Preventing Countering Violent Extremism (WGWC) mengadakan kegiatan untuk peluasan jaringan kerja WGWC di Jawa Barat. Pembentukan jaringan WGWC di provinsi Jawa Barat ini diharapkan dapat menjadi jaringan bersama bagi para aktor dalam pengarusutamaan gender untuk pencegahan ekstremisme kekerasan di level provinsi. Selanjutnya jaringan ini diharapkan dapat melakukan kerja-kerja kolaboratif dan sinergi antar lembaga pemerintah dan non-pemerintah serta mengajak lebih banyak lagi mitra baru dalam membangun gerakan perempuan PCVE di Jawa Barat khususnya.
Acara dilaksanakan dilakukan di Hotel U Janevalla, Bandung, Jawa Barat pada 29 November 2019. Acara ini berbentuk lokakarya kerja satu hari dimulai dari pagi pkl. 08.00 sampai sore pkl. 16.00. Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta dari berbagai lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah yang meliputi perwakilan NGO/CSO, komunitas keagamaan/lintas agama, lembaga perdamaian, lembaga perempuan, ormas perempuan, akademisi kampus, pesantren, komunitas masyarakat, dan perwakilan anggota DPRD Jawa Barat serta termasuk dari SC WGWC dan Tim IMCC.
Peserta kegiatan ini adalah perwakilan dari 15 lembaga, yaitu: Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Pekerja Sosial Dinas Sosial Jawa Barat, Penyuluh Agama Kemenag Jawa Barat, Aisyiyah Jawa Barat, Fatayat NU Jawa Barat, Institut Perempuan, Sapa Institut, Forum Komunikasi Pemuda Persis (FKPP) Jawa Barat, Jaringan Kerjasama Antar Umar Beragama (Jaka Tarub), Komisi Pelayanan Perempuan Gereja Kristen Pasundan (KPP GKP) Bandung, Sekolah Damai Indonesia (Sekodi) Bandung, Peace Generation Indonesia (Peacegen), Akademisi/Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, dan Pondok Pesantren Al Ihsan Bandung. Tim IMCC dan perwakilan SC WGWC selain menjadi pelaksana kegiatan juga menjadi narasumber, fasilitator dan terlibat penuh menjadi peserta kegiatan. Narasumber lainnya dari FKPT jawabar dan Jaka Tarub selain menjadi pembicara dalam salah satu sesi juga menjadi peserta penuh kegiatan ini.
Direktur IMCC, Robi Sugara menyampaikan tentang isu-isu radikalisme dan terorisme di Indonesia serta pentingnya peran perempuan dalam melakukan pencegahan pada paham radikalisme. Hal ini karena jika perempuan sudah terlibat dalam paham radikalisme biasanya juga melibatkan anak dan suaminya. Ini berbeda dengan para lelaki yang terlibat. Perwakilan SC WGWC, Riri Khariroh selain menyampaikan tentang WGWC juga menjelaskan peranan perempuan dalam setiap aksi-aksi terorisme yang terjadi di Indonesia dan peran lembaga-lembaga yang secara krusial menangani rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi para pelaku dan 2 korban perempuan-anak. Forum ini juga sekaligus pemetaan tentang kelompok masyarakat sipil yang konsen pada isu-isu perempuan di bidang radikalisme dan ekstremisme.
Pada sesi Pemaparan dan Diskusi mengenai input terkini tentang Jawa Barat disampaikan oleh dua narasumber perwakilan dari lembaga non-pemerintah di Jawa Barat dengan Wawan Gunawan sebagai pendiri Jaka Tarub dan perwakilan lembaga pemerintah di Jawa Barat dengan Dody S Truna sebagai Sekjen FKPT Jawa Barat.
Wawan Gunawan (Jaka Tarub) memaparkan kondisi di Jawa Barat khususnya terkait dengan gerakan yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga non-pemerintah di Jawa Barat terkait berbagai isu. Ia menjelaskan tentang apa yang lembaganya telah lakukan yang salah satunya yaitu gencar melakukan protes ke berbagai instansi dan kelompok yang menunjukkan intoleransi, seperti penolakan pendirian tempat ibadah yang berujung penutupan bahkan pengerusakan serta beberapa pelanggaran yang terjadi selama 10 tahun terakhir di Jawa Barat seperti penyesatan keyakinan, pelarangan aktifitas ibadah, UU yang diskriminatif hingga ujaran kebencian. Menurutnya, Jawa Barat bukan hanya sebagai ladang pergerakan ekstremis tapi juga merupakan basis. Untuk menjalin kedekatan dengan masyarakat Jawa Barat dibutuhkan pendekatan masyarakat pedesaan karena latar belakang geografisnya yang merupakan wilayah pegunungan serta hidup di ladang. Saat ini berbagai gerakan yang sudah berjalan dan saling berkolaborasi di Jawa Barat antara lain: Jaka Tarub, Balad, JAJ, Task For Jabar, Jabar Welas Asih, Halaqah Damai, Sekodi, YIPC, Peacegen, IP, LBHB, AJI, dan lainnya.
Dody S Truna (FKPT Jawa Barat) menyampaikan materi terkait peran FKPT sebagai Satgas BNPT dengan bidang-bidangnya, yaitu: bidang Agama Sosial dan Budaya, bidang Media Massa, Hukum dan Humas, bidang Pemuda dan Pendidikan, bidang Perempuan dan anak, dan bidang Penelitian dan Pengkajian. Salah satu kegiatan yang pernah dilakukan oleh FKPT Jawa Barat terkait isu perempuan dan radikalisme, yaitu pada tahun 2017 FKPT Jawa Barat mengadakan kegiatan Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian di Bandung yang diikuti oleh 75 orang dari berbagai elemen masyarakat yang membicarakan perempuan sebagai benteng pertahanan keluarga.
Poin-Poin Penting dalam Diskusi:
1. Belum ada kelompok masyarakat sipil di Jawa Barat yang konsen secara langsung menangani persoalan radikalisme dan ekstremisme. Kelompok yang sudah ada biasanya lebih banyak membicarakan isu intoleransi seperti Jaka Tarub dan isu-isu perdamaian seperti PeaceGen, Sekolah Perdamaian dan yang lainnya.
2. Isu ekstremisme sepertinya juga belum bisa dijadikan sebagai isu awalan dalam advokasi kecuali masuk dalam konten program yang sudah berjalan sekarang misalnya masuk dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) terutama di bidang perempuan. Hal ini karena di grassroot mereka sangat jauh dari pembicaraan terkait isu ekstremisme sebab persoalan hidup mereka masih banyak yang belum selesai, khususnya terkait sadang dan pangannya.
3. Isu ekstremisme masih menjadi domain pemerintah seperti dilakukan oleh FKPT dan Bakesbangpol Pemprov Jawa Barat. Karena itu perlu tindak lanjut untuk sinergitas dan konsolidasi jaringan lembaga pemerintah dan non-pemerintah di Jawa Barat dalam isu ini.
Pembentukan WGWC di Jawa Barat menambah isu dan pekerjaan baru bagi kelompok masyarakat sipil yang sudah ada. Selama ini di Jawa Barat dan Bandung khususnya, kelompok masyarakat sipil dalam bidang kerukunan umat beragama, intoleransi, perdamaian, dan isu-isu perempuan sudah sering berkoordinasi dan berkolaborasi. Oleh karena itu, tantangan kedepan sebaiknya untuk jaringan WGWC di Jawa Barat melalui kegiatan ini lebih memaksimalkan jaringan kelompok yang sudah ada dengan cara membangun koordinasi sinergis, sharing program, dan peningkatan SDM anggota kelompok masyarakat sipil berupa penulisan policy brief dan pemetaan radikalisme dan cara penangananya.
Meskipun tidak harus membentuk kelompok atau organisasi baru, tetapi jaringan kelompok masyarakat ini siap bersinergi dengan WGWC dan dengan penentuan kontak person dari perwakilan kelompok Jawa Barat yang bisa dijadikan sebagai kontak person jaringan pada untuk isu-isu perempuan dan ekstremisme. Kontak person tersebut yaitu tiga orang yang mewakili lembaganya adalah Wawan Gunawan (Jaka Tarub), Johan J. Anwari (anggota DPRD Jabar Komisi V), Dewi Ririn (Aisyiyah Jabar).
Dari hasil pertemuan perdana ini diharapkan kedepannya ada kegiatan dan komunikasi lanjutan yang dapat mensinergikan kerja-kerja bersama khususnya pada isu perempuan dan PCVE serta konsolidasi lanjutan untuk jaringan WGWC Jawa Barat dengan WGWC di tingkat nasional untuk melakukan langkah-langkah yang strategis untuk Jawa Barat.