The Habibie Center: Rekrutmen Teroris di Indonesia Melalui 4 Cara

Jakarta – Direktur Program dan Riset The Habibie Center Muhammad Hasan Ansori, menyatakan, rekrutmen teroris di Indonesia pada umumnya dilakukan melalui empat cara. Empat cara tersebut yaitu personal face to face (secara mandiri dan bertemu langsung), public face to face (secara publik dengan tatap muka langsung), personal mediated (secara mandiri melalui perantara), dan public mediated (secara publik melalui perantara).

”Beberapa mantan teroris mengemukakan bahwa mereka menjadi teroris setelah diajak oleh anggota keluarganya langsung atau karena melihat sendiri anggota keluarganya yang sudah menjadi teroris atau ini bisa disebut rekrutmen personal face to face,” ujar Hasan di Hotel Century, Jakarta Selatan, Selasa (20/8/2019).

The Habibie Center: Rekrutmen Teroris di Indonesia Melalui 4 Cara

”Beberapa dari antara mereka juga tertarik menjadi teroris karena radikalisasi yang mereka alami dalam ceramah-ceramah publik tertentu, artinya ini proses rekrutmen dengan tatap muka secara langsung,” ucap dia lagi.

Adapun untuk proses rekrutmen teroris secara mandiri melalui perantara, kata Hasan, dilakukan lewat pesan telepon, surat elektronik, maupun media sosial, baik yang dikirimkan secara personal oleh kawan maupun anggota keluarganya.

”Terakhir, banyak orang di Indonesia yang memutuskan menjadi teroris setelah mendapatkan atau membaca berbagai informasi terkait terorisme di internet, termasuk YouTube, media massa daring, dan media sosial. Ini proses rekrutmen secara publik melalui perantara,” kata Hasan.

Maka dari itu, menurut dia, hampir tidak ada model tunggal yang menggambarkan proses rekrutmen teroris di Indonesia. Baca juga: Polri Bantu Kebutuhan Hidup Keluarga Terduga Teroris Penyerang Polsek Wonokromo Hasan mengatakan, proses rekrutmen teroris di Indonesia lebih banyak menggunakan model kombinasi antara satu model dengan yang lainnya.

”Proses masuk dan rekrutmen teroris di Indonesia melalui cara yang beragam. Pada kenyataanya, hampir tidak ada model tunggal yang menggambarkan proses rekrutmen teroris di Indonesia,” tutur dia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Tentang WGWC

Working Group on Women and Preventing/ Countering Violent Extremism (WGWC) merupakan sebuah platform jaringan bagi masyarakat sipil dan pemerintah yang bekerja untuk memperkuat pengarus-utamaan gender (gender maintreaming) dalam policy maupun intervensi penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme (terorisme) di Indonesia. Dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2017 di Bogor, WGWC telah menjadi rumah bersama bagi para aktor yang bekerja dalam pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.

Newsletter

Scroll to Top