PROBOLINGGO – Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menyelenggarakan kegiatan Dialog Interaktif dengan tema Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh di SMKN 2 Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Rabu (24/4/2019). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari safari kampanye perdamaian AIDA di kalangan pelajar melalui kisah korban dan mantan pelaku terorisme.
Dua orang pemateri membagikan kisah tentang pengalaman hidupnya setelah tragedi tersebut. Mereka adalah Yuni Arsih yang menjadi korban tak langsung dari aksi teror Bom Kuningan 2004 serta Choirul Ihwan, mantan anggota jaringan terorisme. Bagi Yuni Arsih, peristiwa tersebut menyebabkan banyak penderitaan terhadap dirinya. Ia kehilangan suami sekaligus tulang punggung keluarganya. Suaminya, Alm. Suryadi -yang saat itu sedang bekerja mengurus taman di kompleks Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan- meninggal dunia terkena ledakan bom.
Yuni yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut menceritkan banyak hal tentang dirinya yang menjadi korban. Kepergian sang suami merenggut kebahagiaan Yuni Arsih. Akibat tragedi itu, ia terpaksa menyandang status janda, serta harus membesarkan putranya seorang diri. Hal itu ia lalui dengan tidak mudah. Putranya sempat mengalami depresi dan perubahan sikap saat mengetahui ayahnya meninggal dunia karena aksi teror bom. Meskipun sedih luar biasa, Yuni mencoba tetap tegar dan terus memotivasi serta membimbing anaknya ke arah yang positif.
Saat ini, Yuni Arsih sudah mengikhlaskan kepergian sang suami dan mencoba berdamai dengan keadaan. Yang terpenting baginya adalah memastikan putranya mendapatkan pendidikan yang terbaik. Meskipun suaminya telah tiada, dia ingin agar putranya tetap memiliki masa depan yang cerah. Kepada para siswa SMKN 2 Kraksaan yang mengikuti Dialog Interaktif, wanita berkerudung itu berpesan agar selalu menghormati orang tua dan guru. Ia juga mengingatkan agar tidak membalas kekerasan yang ditimpakan orang lain dengan kekerasan juga.
Dalam kesempatan yang sama, Choirul Ihwan, juga berbagi kisah pengalaman hidupnya. Ia menceritakan masa lalunya yang pernah tergabung dalam jaringan kelompok teroris, sebelum akhirnya memutuskan hijrah dari jalan kekerasan menuju perdamaian. Setelah meninggalkan dunia terorisme, Choirul menyibukkan diri dengan aktivitas berkebun. Ia juga aktif bersama AIDA dalam mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat. Dalam Dialog Interaktif di SMKN 2 Kraksaan, ia berpesan kepada para siswa agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Menurutnya, perkembangan media sosial saat ini sangat memudahkan kelompok teroris untuk menanamkan pengaruh.
Sebanyak 47 siswa hadir sebagai peserta Dialog Interaktif. Mereka tampak antusias menyimak pengalaman hidup para narasumber. Sebagian peserta bahkan menunjukkan raut kesedihan dan mata yang berkaca-kaca ketika Yuni Arsih menceritakan pengalaman hidupnya. Beberapa peserta juga mengekspresikan rasa penasaran tentang kisah keterlibatan Choirul dalam dunia terorisme melalui serangkaian pertanyaan.
Salah seorang siswa mengaku mendapatkan pembelajaran penting dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme. Dari kisah korban, siswa tersebut belajar tentang arti kemanusiaan. Menurutnya, korban telah mengajarkan untuk selalu bersikap sabar dan menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Dia juga mengambil hikmah tentang pentingnya mensyukuri nikmat kehidupan. Ia membayangkan apa jadinya jika musibah bom itu menimpa keluarganya.
Awalnya, siswa tersebut mengaku benci kepada teroris dan berpikir untuk membalas perbuatan mereka. Namun, setelah menyimak pengalaman hidup korban dan mantan pelaku, ia mengaku tidak akan ikut membalas kekerasan dengan kekerasan. Dia lebih memilih jalan damai melalui pemaafan. Sementara itu, dari kisah mantan pelaku, siswa tersebut menyadari bahwa benar-benar ada segelintir orang yang meyakini pemahaman keagamaan yang keliru sehingga tega merencanakan serta melakukan aksi terorisme. Menurutnya, pemahaman seperti kelompok tersebut harus dihindari. Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa umat Islam seharusnya mengikuti jalan perdamaian yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Secara keseluruhan, siswa tersebut mengaku sangat beruntung bisa menjadi peserta Dialog Interaktif. “Kegiatan ini sangat positif untuk remaja seperti saya dan untuk remaja Indonesia agar tidak mengikuti perilaku yang buruk. Saya berharap kegiatan ini bisa lebih besar dan berkembang di mana-mana di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Di akhir kegiatan, Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, menegaskan pentingnya menumbuhkan semangat ketangguhan dalam diri generasi muda. Pengalaman hidup korban dan mantan pelaku, menurutnya, mengandung pelajaran berharga tentang ketangguhan yang mesti diserap para siswa peserta Dialog Interaktif. Ketangguhan dari kisah korban adalah pada sisi semangat bangkit dari keterpurukan atau musibah, sedangkan dari mantan pelaku adalah tekad untuk mengakui kesalahan masa lalu dan memperbaikinya.
Perwakilan dari pihak SMKN 2 Kraksaan mengucapkan terima kasih kepada AIDA atas terselenggaranya Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Dia berpesan kepada para siswa agar dapat mengambil pembelajaran dari kegiatan tersebut. “Saya harapkan kegiatan ini bisa kalian ikuti dengan cermat dan ambil hikmahnya. Apa yang kita peroleh bisa kita manfaatkan untuk ke depan,” ujar seorang guru SMKN 2 Kraksaan. [FAH]