Udah pada dengar kalau alm. Arifin Ilham kawin yang keempat kalinya? Aku baru dengar, sih. Aku prihatin bahwa seorang ustaz yang punya jemaah justru promosi poligami dengan menyebutnya Islami. Padahal di ajaran Islam, semangat yang diusung adalah pembatasan dan cenderung menganjurkan monogami, bukan poligami. Nah, ini namanya pembelokan.

Pembelokan lain terhadap hukum Islam yang juga berbahaya ada pada kasus cadar atau niqab yang kini mulai ada kampanye kalau pakai “niqab” Islamnya kaffah. Ngeri, kan?

Islam Kok Gitu?

Maka itu, para ulama perempuan yang bertahun-tahun bergelut dengan teks-teks Alquran dan Hadis penting untuk bicara secara lantang menangkis segala bentuk pembelokan penafsiran agama. Workshop WGWC yang kali ini dipandu oleh Rahima memfokuskan pada skill kontra narasi pada ulama perempuan. Kehadiran Ruici Tio dan Reinhard juga sangat krusial untuk membuka mata bagaimana pertarungan narasi di media sosial.

Belajar dari kasus Felix Siaw, belajar agama nyatanya bukan saja soal bagaimana narasi eksklusif atas nama Islam dibesarkan, tetapi juga bagaimana jualan agama yang bisa dikonversi secara ekonomi. Hal ini tampak dari bisnis-bisnis Felix seperti hijab syar’i dan niqab.

Terkait ini, Dr. Nur Rofiah memperkuat perspektif ketauhidan dan mengingatkan agar kita jangan sampai membela simbol-simbol yang justru menjauhkan umat dari subtansi penting agama, yaitu keadilan dan kesetaraan buat semua.

Sore ini dengan bekal dari nara sumber, saya menawarkan langkah-langkah membuat narasi alternatif yang lebih mudah. Para nyai akan memetakan narasi konservatif dan moderat, lalu menghubungkan dengan berita yang lagi viral, dan merumuskan narasi alternatif dengan mempertimbangkan audiens di media sosial.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang WGWC

Working Group on Women and Preventing/ Countering Violent Extremism (WGWC) merupakan sebuah platform jaringan bagi masyarakat sipil dan pemerintah yang bekerja untuk memperkuat pengarus-utamaan gender (gender maintreaming) dalam policy maupun intervensi penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme (terorisme) di Indonesia. Dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2017 di Bogor, WGWC telah menjadi rumah bersama bagi para aktor yang bekerja dalam pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan.

Newsletter

Scroll to Top